Monday, April 7, 2008

PESANTREN DAN INTERAKSI DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN

Oleh Muhammad Fahmi*

Di sebuah seminar internasional yang diselenggarakan di Pattani Thailand, juni 25 28 1998 . Ada sebuah argumen yang menyatakan bahwasanya di Indonesia ada banyak pesantren yang sedemikian unik, kuat dan semakin maju dari waktu ke waktu. Pesantren disini boleh diartikan sebagai institusi pendidikan, boleh juga diartikan sebagai komunitas santri, pesantren diindonesia berbeda dengan pesantren –pesantren yang ada diluar negeri karena di Indonesia pesantren mempunyai nilai-nilai budaya, ideologi dan historis yang sangat kuat.
Pendidikan islam yang dipelopori walisongo merupakan perjuangan brilian yang diimplementasikan dengan cara sederhana yaitu menunjukkan jalan alternative baru yang tidak mengusik tradisi dan kebiasaan lokal. Usaha-usaha ini sering diterjemahkan sebagai model of development from within.

Ada beberapa jenis pendekatan –pendekatan pendidikan walisongo antara lain.
1.Modeling
Jika dalam dunia islam Rasulullah adalah pemimpin dan sebagai panutan sentral yang tak perlu diragukan lagi, maka dalam masyarakat santri jawa kepemimpinan diteruskan oleh walisongo yang kemudian sampailah ajaran-ajarannya kepada kita melalui Kiai-kiai atau pembimbing kita. Yang perlu ditegaskan adalah bahwa kekuatan modeling ditopang dan sejalan dengan value system jawa yang mementingkan paternulisme dan petron client relation yang sudah mengakar dalam budaya jawa.
Tampaknya masih ada koneksi filosofi dan ideologi antara taqlid dan modeling dalam dunia jawa, dengan demikian,ajaran taqlid yang berkembang berabad-abad menunjukkan pentingnya sistem modeling yang kondusif dalam interaksi pendidikan diindonesia.

2.pendidikan islam yang tidak Diskriminatif
Pendidikan ini sudah ditunjukkan oleh walisongo pada rekayasa mereka terhadap pendirian pesantren yang merakyat ini.gaya pesantren seperti ini sudah banyak ditiru oleh substsnsi-substsnsi pendidikan modern seperti sekarang.karna pendidikan ala walisongo ini telah terlembagakan dalam tradisi pesantren, seperti keshalehan sebagai gaya hidup kaum santri, pengarifan terhadap budaya lokal. Meski demikian dikotomi atau gap antara ulama dan raja tidak mendapat tempat dalam ajaran dasar walisongo.

3.pendekatan kasih sayang
Bagi walisongo mendidik adalah tugas dan pengalaman agama.karna mendidik murid ataupun kader sama halnya dengan mendidik anak kandung,maka dalam konteks ini dapat dipahami bahwa jadikanlah anak didikmu sebagai anak kandungmu.
Sebagai institusi pendidikan,pesantren adalah wujud kesinambungan budaya- budaya budha yang diislamkan secara damai dan di modifikasi menjadi substansi pendidikan islami.
SALAM PERGERAKAN….!!!
*penulis adalah mahasiswa STAIN Jember, aktif di PMII

No comments: