Monday, April 21, 2008

Kumpulan Puisi Dari Muhammad Fahmi

TAK LELAH KAH

Dari burung yang terbang
Menuju kekasih
Burung-burung dikerahkan
Mengintip mendung
Burung-burung melihat matahari
Langit dan mega terus mengadu
Sampai menyumpal tong usia
Ruang tinggal serangga duri
Disapa angin
Di sapa prahara
Gelombang pesonanya
Tiris ketelaga
Berendamlah duka
Menyelamlah luka

BATIN

Bayangkan……..!
Telinga renta menggenggam pilu
Bayangkan………!
Kata-kata dusta penampung derita
Bayangkanlah………!
Lengan lunglai menyandarkan duka
Bayangkanlah……….!
Hati beku pendamping luka
Bayangkanlah……….!
Pintu hati menyakiti cinta

Terbayang, terbang,tergoda
Dunia yang tak kekal
Hampir membuatku terkapar
Jiwa lepas bagai kijang
Kontan dan berlipat
Yang…..!
Bayang…….!
Terbayang…….!
Dan bayangkan.......!
Tiba datang menghadapmu
Menghadaplah........?


REKAYASA TUHAN

Tuhan, Kau pencipta manusia
Yang bertaqwa
Kau pencipta manusia
Yang beriman
Kau pelahir kader
Islam yang bertanggung
Jawab
Mengapa Kau tumpahkan darah
Dimana-mana
Salam bagi-Mu
Wahai cucu Adam
Hadapkan wajahmu
Ke kiblat
Cukup Allah sebagai pembela
Allah sebagai penolong
Maha luhur
Maha agung
Selamatkan mereka
Dari kekufuran
Allah? sanggup merekayasa
Apa saja...................
Yang di inginkan-Nya

SUCI

Wahai engkau perampok rindu
Jangan kau ambil orgasme sesaatku
Apa engkau lupa?
Nafsu serkah dan tamak
Lahan pemanjaanmu
Menyusuri ludah dan dahak
Menuju lurus horisonku
Telaga tempatku bermain
Mata air membasahi dahagamu

Jangan engkau paksa mereka
`tuk memberi makan nafsumu
Dia kawah yang meminta sajadah
agar yang mulia tak menyentuh
tanah yang pemurah.


TERSENYUMLAH

Tiuplah pelan-pelan
Ingin ku sematkan
Ditelaga hati

Malam yang malang
Dalam cadar mega senja. Lalu….
Manik-manik sorga beterbangan

Tapi aku dan sepi
Terus saling terpaku
Kalaupun menyisakan

Monday, April 7, 2008

SINERGITAS NILAI DASAR PERGERAKAN

Oleh: Agus Fathurrosi*
Diakui atau tidak bahwa kita sebagai insan pergerakan sudah mempunyai frame-frame atau nilai dasar di dalam pergumulan pergerakan itu sendiri yang nantinya menjadi acuan penting didalam melakukan sebuah gerakan di segala bidang kehidupan ini demi terciptanya tatanan masyarakat,bangsa,dan negara secara adil, makmur serta sejahtera .
Adapun nilai dasar yang memanyungi kita di dalam bertindak untuk melakukan sebuah perubahan itu adalah.aktualisasi diri dalam berhubungan dengan Tuhan,berhubungan dengan sesama manusia dan berhubungan dengan alam sekitar. Yang ketiga-tiganya tersebut harus teraktualisasikan secara integral atau dengan kata lain antara yang satu dengan lainnya tidak dapat ditinggalkan (dilepaskan begitu saja).
Fenomena yang muncul pada diri sahabat-sahabat sendiri rupanya sudah menggejala ataupun menjadi kebiasaan didalam dinamika gerakannya ujntuk tidak berpijak pada nilai-nilai dasar pergerakan yang sudah digariskan itu. Contoh nyata yang paling nampak pada diri sahabat-sahabat bahwa ketiga nilai dasar itu tidak termanifestasikan kesemuanya adalah masih banyak di tubuh insan pergerakan yang hanya menghabiskan waktunya dengan ritual-ritual ibadah saja atau dalam arti hanya pada penguatan di wilayah hubungan dengan Tuhan.Bahkan yang sangat disayangkan adalah ada slogan yang mengatakan bahwa aku harus sholeh secara pribadi sendiri saja dan menafikan apa yang disebut sebagai kesholehan social atau ada juga penguatan gerakan didalam berhubungan dengan sesama serta lingkungan sekitarnya.
Seperti yang ditulis oleh sahabat Zuhairi Misrawi dalam buku “Arus pemikiran anak muda NU” bahwa suatu kesia-siaan saja atau percuma jika sahabat-sahabat hanya bergerak untuk mensucikan diri(sholeh pribadi) tetapi sangat emoh terhadap jeritan atau tangisan yang terjadi pada realitas sosial yang ada dalam hal ini masyarakat sekitar maupun lingkungan(alam) sebagai tempat berpijak yang tiada henti dilanda berbagai macam musibah tanpa henti-hentinya(sholeh sosial) dan itu juga kategori orang yang mendekati kekafiran.Bahkan dia sangat berani sekali dengan statemennya yaitu “buat apa sholat jikalau tetangga kita masih banyak yang kelaparan dan terbelakng dalam segala bidang”.Dan hal itu menurut hemat penulis sangat disayangkan sekali jika masih ada sahabat yang tidak mempedulikan nasib saudara-saudara kita yang sangat butuh pendampingan (advokasi) dalam hal ini adalah tugas kita semua sebagai insan pergerakan yang sangat jelas sekali tujuannya adalah sebagai pembela orang yang tertindas(mustadz`afin).
Untuk itu belajar dari kondisi seperti yang sering terjadi semisal ketidakharmonisan hubungan antar sahabat-sahabat karena terbentur dengan kepentingan kekuasaan sesaat, intoleransi terhadap orang-orang yang tidak sejalan dengan kita atau bahkan yang lebih parah lagi adalah kita sudah mulai cuek terhada nasib masyarakat yang tertindas oleh kekejaman penguasa lewat alat kekuasaannya.Juga tak kalah tragisnya adalah kita membiarkan penjahat-penjahat alam( kita sendiri yang terlibat dalam kegiatan itu ) merusak dan menggunduli hutan lewat pembalakan liar secara besar-besaran yang hal itu mengakibatkan alam sudah tidak bersahabat lagi dengan kita,dibuktikan dengan berbagai macam bencana yang terus-menerus menimpa kita semua dan mengakibatkan banyak korban berjatuhan.
Kiranya lewat tulisan yang masih banyak perbaikan dimana-mana ini, saya sebagai penulis dan juga sahabat-sahabat yang lain sebagai bagain dari insan pergerakan dapat tergugah hatinya untuk bertindak secepat mungkin dengan cara bersama-sama mengaktualisasikan diri dengan cara mensinergikan (keseimbangan) nilai-nilai pergerkan tersebut tanpa terkecuali demi tercapainya cita-cita bersama yaitu membebaskan manusia-manusia dari ketertindasan berwujud apapun.

SELAMAT BERJUANG…!!!
*Penulis adalah mahasiswa STAIN Jember, Pengurus PMII Komisariat STAIN Jember

PESANTREN DAN INTERAKSI DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN

Oleh Muhammad Fahmi*

Di sebuah seminar internasional yang diselenggarakan di Pattani Thailand, juni 25 28 1998 . Ada sebuah argumen yang menyatakan bahwasanya di Indonesia ada banyak pesantren yang sedemikian unik, kuat dan semakin maju dari waktu ke waktu. Pesantren disini boleh diartikan sebagai institusi pendidikan, boleh juga diartikan sebagai komunitas santri, pesantren diindonesia berbeda dengan pesantren –pesantren yang ada diluar negeri karena di Indonesia pesantren mempunyai nilai-nilai budaya, ideologi dan historis yang sangat kuat.
Pendidikan islam yang dipelopori walisongo merupakan perjuangan brilian yang diimplementasikan dengan cara sederhana yaitu menunjukkan jalan alternative baru yang tidak mengusik tradisi dan kebiasaan lokal. Usaha-usaha ini sering diterjemahkan sebagai model of development from within.

Ada beberapa jenis pendekatan –pendekatan pendidikan walisongo antara lain.
1.Modeling
Jika dalam dunia islam Rasulullah adalah pemimpin dan sebagai panutan sentral yang tak perlu diragukan lagi, maka dalam masyarakat santri jawa kepemimpinan diteruskan oleh walisongo yang kemudian sampailah ajaran-ajarannya kepada kita melalui Kiai-kiai atau pembimbing kita. Yang perlu ditegaskan adalah bahwa kekuatan modeling ditopang dan sejalan dengan value system jawa yang mementingkan paternulisme dan petron client relation yang sudah mengakar dalam budaya jawa.
Tampaknya masih ada koneksi filosofi dan ideologi antara taqlid dan modeling dalam dunia jawa, dengan demikian,ajaran taqlid yang berkembang berabad-abad menunjukkan pentingnya sistem modeling yang kondusif dalam interaksi pendidikan diindonesia.

2.pendidikan islam yang tidak Diskriminatif
Pendidikan ini sudah ditunjukkan oleh walisongo pada rekayasa mereka terhadap pendirian pesantren yang merakyat ini.gaya pesantren seperti ini sudah banyak ditiru oleh substsnsi-substsnsi pendidikan modern seperti sekarang.karna pendidikan ala walisongo ini telah terlembagakan dalam tradisi pesantren, seperti keshalehan sebagai gaya hidup kaum santri, pengarifan terhadap budaya lokal. Meski demikian dikotomi atau gap antara ulama dan raja tidak mendapat tempat dalam ajaran dasar walisongo.

3.pendekatan kasih sayang
Bagi walisongo mendidik adalah tugas dan pengalaman agama.karna mendidik murid ataupun kader sama halnya dengan mendidik anak kandung,maka dalam konteks ini dapat dipahami bahwa jadikanlah anak didikmu sebagai anak kandungmu.
Sebagai institusi pendidikan,pesantren adalah wujud kesinambungan budaya- budaya budha yang diislamkan secara damai dan di modifikasi menjadi substansi pendidikan islami.
SALAM PERGERAKAN….!!!
*penulis adalah mahasiswa STAIN Jember, aktif di PMII