Wednesday, May 14, 2008

Politik: Sebuah Kemunafikan

Abad ke 21 ditandai dengan kesenangan berlebihan (Eurofia) terhadap prilaku politik Demokratis. Menurut gejalanya, Eurofia Politik ini hanya sekedar permainan para Politisi dengan berdalih Demokrasi, seperti George W.Bush memberantas Terorisme dengan cara Invasi ke Irak, di Senayan sering terjadi Money Politik dalam Demokrasi dengan dalih Hukum, lembaga hukum tidak berdaya memberantas korupsi karena korupsi telah berakar dan mendarah daging dalam diri pejabat kita, Ada apa dibalik semua itu ? jawabannya sederhana yaitu karena ada uang. Apa mungkin pada zaman ini semua manusia tergantung terhadap uang barang kali ini adalah bawaan kondisi abad 21 ini yang berparadigma ekonomi kapitalistik.
Ada Asumsi kuat dan cukup realistis bahwa keberhasilan suatu Negara kuncinya ada pada penyalenggara Negara (pejabat-ed) itu sendiri yaitu sejauh mana kualitas moralitas mereka apa bisa dipercaya atau tidak, tampak jelas dari fakta kongkret bahwa moralitas mereka terbentuk dari suatu filosofi hidup yang cenderung negatif, yaitu prinsip moral memperoleh keekuasaan untuk mendapatkan kekayaan materi sebanyak-banyaknya dari Negara atau lembaga, bukan sebaliknya (memberikan kekuasaan dan kesejahteraan sebanyak-banyaknya kepada Negara dan lembaganya). Jadi mereka pada umumnya terdorong untuk menjadi penguasa, politisi, senator, penegak hukum, dan lain sebagainya hanya untuk mementingkan perutnya dan pengikutnya.
Kemunafikan dunia perpolitikan di Indonesia tumbuh dan berkembang sejak orde baru tapi memasuki Era reformasi ini kemunafikkan Politik malah semakin menjadi-jadi mengakibatkan kebangkkrutann perekonnomian nasional dan diperparah oleh kebangkrutan moral golongan Reformis itu sendiri, kebejatan moral itu sendiri secara sengaja atau tidak secara tidak langsung akan menimbulkan sikap skeptis terhadap pemerintahan, sehingga menimbulkan munculnya budaya gerakan demonstrasi yang kadang tidak masuk akal, jika ini tidak disikapi secara tepat menurut komitmen nasional (UUD ‘45) maka secara de facto, bangsa Indonesia belum mampu memerdekakan dirinya.
Kebangkrutan dunia politik perlu segera di atasi dengan cara memposisikan dan memfungsikan politik sebagai domain terhadap ekonomi untuk itu dunia politik mutlak harus dikembalikan ke asas filsafat dengan nilai moralitasnya. Nilai subtansial politik adalah kebijaksanaan etis bagi kehidupan bernegara, bukan kekuasaan licik bagi penyalenggaranya, dan sistem politik tidak harus dijiwai oleh moral premanisme, dunia politik di Indonesia secara konstitusional jelas dijiwai oleh moralitas “keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”(sila ke-5 Pancasila), bukan oleh keadilan sosial bagi seluruh pejabat Indonesia, rekonsiliasi nasional tidak perlu berkiblat kemana-mana cukup berkiblat pada Al-qur’an dan Hadist, dan para penyalenggara Negara berkiblat kepada sahabat-sahabat nabi dan penguasa harus berkiblat kepada kepemimpinan nabi Muhammad SAW.
Oleh, Muhammad Fahmi

Ratapan

Dalam tidur dan jagaku
dua miliar tetes air menggelepar di mataku
dan bau anyir dagingku dagingmu
lapan wewangian seteru

dalam tidur dan jagaku
dua miliar butir pasir mencakar mataku
dan getir sukmaku sukmamu
nanar menyatu saling seteru

dalam tidur dan jagaku
dua miliar lebih dosa-dosa membuntuti
disisiku disisimu
dosamu dosaku

dalam tidur dan jagaku
dua miliar sungai petir di mengalir dimataku
dan mereka nyanyikan maut itu
mautku mautmu

dalam gairah tak terperi itu
bagai gelisah sudah dukaku dukamu
tapi aku tak tahu, tak tahu
bagaimana kiamat menyelesaikan kiamat itu
by Abdullah Yasser